"Berbagi dengan Sesama, Meskipun Hanya Bisa Memberi Sedikit"

Senin, 31 Desember 2012

Apresiasi Puisi "Catatan Masa Kecil", Karya Gunoto Saparie
Oleh: Abdul Mukhlis (Penikmat Sastra)

Catatan Masa Kecil
(Jawa Pos, Minggu 20 Mei 2012)

Kupunguti kenangan masa kanak
pada petak-petak sawah menghijau
kuterbangkan layang-layang putih perak
pada pematang tanah basah itu

Kupunguti serpihan-serpihan masa lalu
timbul tenggelam hanyut di sungai
kukenang suara azanmu mendayu
kampung halaman permai surgawi

Kupunguti keping-keping episode itu
dari timbunan tahun-tahun kelabu
kukenang selalu suara emas kasidahmu
aku tak bisa tidur mengenangmu

Apresiasi:

  • Tema               :   Kerinduan terhadap kenangan masa kecil dan kampung halaman
  • Rasa/ feeling   :   Senang dan gembira
  • Nada               :   Mempengaruhi dan mengajak
  • Amanat           : Mengharapkan pembaca untuk mengingat lagi akan kenangan masa kecil yang pernah terjadi dan tidak melupakan kampung halamannya masing-masing.

Puisi Catatan Masa Kecil karya Gunoto Saparie menceritakan tentang kenangan masa kecil di kampung halamannya. Kenangan-kenangan pada masa lalu memang sangat menyenangkan sekaligus menghibur apabila diingat kembali. Penulis dalam puisi ini menunjukkan kenangan masa lalunya pada saat bermain layang-layang di sawah. Dengan penuh semangat, penulis menerbangkan layang-layangnya yang berwarna putih perak di sawah, hal ini bukan tanpa alasan dilakukan oleh penulis. Karena angin yang berhembus di sawah memang sangat pas sekali untuk memainkan atau menerbangkan layang-layang. Selain itu, pemandangan yang tersaji di sawah cukup menawan, hamparan padi yang menghijau menambah suasana menjadi penuh semangat dan sangat mengasyikan saat memainkan layang-layangnya. Keadaan seperti ini yang digambarkan dan disampaikan oleh penulis melalui puisinya yang berjudul Catatan Masa Kecil ini.
Gambaran atau kisah lain yang hendak disampaikan penulis dalam puisi ini adalah mengenai keindahan, kereligiusan dan kedamaian di kampung halamannya dulu. Penulis lahir di kota Kendal, kota itu memang memiliki keindahan alam yang berupa laut, persawahan dan dataran tinggi. Tetapi yang digambarkan dan disampaikan oleh penulis dalam puisi ini adalah persawahan, tempat dimana penulis bermain layang-layangnya. Dibuktikan dalam larik berikut “Kupunguti kenangan masa kanak, pada petak-petak sawah menghijau”. Sisi kereligiusan dan kedamaian mengenai kampung halaman penulis dalam puisi ini dibuktikan dalam larik “kukenang suara azanmu mendayu, kampung halaman permai surgawi”. Kota tempat lahir penulis memang dikenal sebagai kota yang religius dan damai, hal ini tercermin dari slogan atau julukan yang diusung kota Kendal, yaitu Kendal Beribadat. Sehingga penulis tidak segan-segan mencerminkan keindahan, kereligiusan, dan kedamaian kampung halamannya yang dituliskan dalam sajak-sajak puisinya.
Di dalam puisi ini juga terdapat pesan tersirat mengenai kerinduan penulis akan kenangan masa kecil yang pernah dialami dan kampung halamannya. Tetapi, kerinduan penulis itu agaknya tidak selalu dirasakan setiap saat, hanya di waktu tertentu saja penulis merasakan kerinduan terhadap kenangan masa lalu dan kampung halamannya. Seperti dalam larik berikut “Kupunguti serpihan-serpihan masa lalu, timbul tenggelam hanyut di sungai”. Di larik lain juga diungkapkan mengenai kerinduan penulis terhadap kampung halamannya yang tidak selalu di rasakan setiap saat. Bahkan dalam larik itu secara tersurat penulis menggambarkan kerinduan terhadap kampung halamannya hanya pada saat malam hari menjelang tidur saja. Kutipannya “kukenang selalu suara emas kasidahmu, aku tak bisa tidur mengenangmu”.
Dalam puisi ini, penulis tidak hanya menyampaikan kenangannya saat bermain layang-layang saja, tetapi juga mengenang berbagai kenangan lain yang telah lama terjadi dalam kehidupannya, baik yang menyenangkan maupun menyedihkan. Seperti dalam larik berikut “kupunguti keping-keping episode itu, dari timbunan tahun-tahun kelabu”. Larik puisi “Keping-keping episode itu, dari timbunan tahun-tahun kelabu” diinterpretasikan sebagai kenangan-kenangan lain yang telah terjadi sekian lamanya dalam kehidupan penulis, baik yang menyenangkan maupun menyedihkan.
Kerinduan penulis akan masa kecil dan kampung halamannya menjadi tema dalam puisi ini. Hal ini diperkuat dalam tiap larik-larik puisi ini yang menyiratkan kerinduan tersebut. Perasaan yang ditampilkan dalam puisi ini adalah senang, gembira dan rindu. Larik yang menginterpretasikan mengenai perasaan senang dan gembira dalam puisi ini “aku tak bisa tidur mengenangmu”. Saking senang dan gembiranya akan kenangan di kampung halamannya, penulis sampai tidak bisa tidur. Karena merasa tertarik untuk terus mengingat kejadian-kejadian yang pernah dialaminya pada masa lalu. Puisi ini mempunyai nada mengajak dan mempengaruhi pembaca, agar kembali mengingat akan kenangan masa kecil dan kampung halamannya masing-masing. Amanat yang hendak disampaikan penulis dalam puisi ini adalah mengharapkan pembaca untuk mengingat lagi akan kenangan masa kecil yang pernah terjadi dan tidak melupakan kampung halamannya masing-masing.


Apresiasi Cerpen "PASIR RETAK", Karya Afrizal Malna

Oleh: Abdul Mukhlis (Penikmat Sastra)

Pasir Retak

Cerpen Afrizal Malna (Jawa Pos, 20 Mei 2012)
HUJAN turun di atas api. Suara api dan suara hujan bercampur seperti suara sungai dengan alirannya yang deras. Keduanya menjadi nyanyian cinta menjelang senja.
Hujan tak tahu kenapa api membuat warna merah jingga yang panas, api juga tak tahu kenapa hujan dipanggil hujan setiap ia turun, seperti mahluk terbuat dari air yang turun dari langit. Mereka berdua, hujan dan api itu, mengatakan: biarlah angin terus berjalan dari kota ke kota, mengantar gunung dan laut kepadamu, mengantar langit dan tanah kepadamu, mengantar bisik-bisik dari dalam sejarah lebih dekat lagi dengan telingamu. Keduanya menolak tentang berita yang disiarkan beberapa pemancar TV, bahwa telah turun “hujan api” di sebuah kota.
Kami adalah hujan dan api, bukan hujan-api.
Basa-basi itu, antara hujan dan api, mereka katakan itu setiap pagi hanya untuk merayu agar angin mengunjungi pintu-pintu rumah yang masih tertutup di pagi hari. Kadang, angin itu, menempelkan selembar daun di daun pintu rumah yang masih tertutup. Dan mengatakan, aku tidak pernah memikirkan bagaimana waktu menghitung dirinya setiap saat, dan sedikit kecelakaan yang kadang-kadang terjadi.
Kami adalah hujan dan api untuk sejarahmu yang disimpan oleh angin.
***
Pagi itu langit berwarna biru. Hanya biru. Tak ada awan. Seperti lengkungan dari bundaran bola yang rata. Mirip kubah biru mengapung di atas kabut. Angin, yang merajut daun-daun dengan dahannya, rumah dengan tanah tempatnya berdiri, laut dengan ombaknya, gunung dengan jurang dan tebing-tebingnya, tidak berhembus. Semua yang dilihat tampak kaku, gambar-gambar yang tak bergerak, alam dan kehidupan hadir seperti tempelan-tempelan potret dalam sebuah bola.
Di Semarang, dalam sebuah bangunan tua yang dibuat akhir abad 19, seorang perempuan sedang melahirkan. Bangunan dengan tiang-tiang tinggi, tembok-tembok besar, teras yang juga besar ini, kini sudah berubah menjadi kantor sebuah bank. Bangunan dengan arsitektur kolonial ini banyak tersebar di kota yang sangat dekat dengan kaki-kaki air. Setiap hujan datang atau laut pasang, banjir akan menggenanginya. Di lingkungan luarnya, bayangan bukit-bukit dan gunung, berdiri seperti candi-candi alam yang dihasilkan oleh proses geologi waktu yang panjang dan terus-menerus.
Perempuan yang melahirkan itu datang dari keluarga petani yang tinggal di sebuah desa di Bromo, Jawa Timur. Perempuan itu tidak tahu kenapa ia memilih kota Semarang untuk melahirkan bayinya. Ia hanya memenuhi dorongan dari dalam dirinya untuk pergi ke semarang, dan melahirkan bayinya di bangunan tua yang kini sudah menjadi kantor bank itu.
Seluruh pegawai bank panik melihat seorang perempuan tiba-tiba melahirkan. Perempuan itu tidak mungkin dibawa ke rumah sakit karena begitu saja ia melahirkan di kursi tempat nasabah bank menunggu antrian. Kaki perempuan itu mengangkang. Ia tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Ia hanya menggigit telapak tangannya hingga berdarah saat mengeluarkan bayinya dari rahimnya.
Ketika bayi itu lahir, melewati vagina ibunya, ia seperti keluar melewati hujan dan api. Suara sungai dengan alirannya yang deras dan suara cinta menjelang senja. Lalu angin kembali berhembus. Bayi itu seorang perempuan dan diberi nama Kembang Kertas. Ibunya tak tahu kenapa nama ini tiba-tiba saja muncul dalam benaknya dan menjadi nama untuk bayinya.
Kelahiran itu mengejutkan seluruh pegawai dan nasabah bank karena bayi itu tidak berwajah. Mukanya rata, tetapi tampak anggun dan indah. Mulutnya terletak pada pusarnya, telinganya ada di bahunya. Seluruh bagian tubuhnya bisa bernapas dan mencium berbagai bau di sekitarnya. Dokter-dokter yang datang tidak bisa mengatakan bahwa bayi itu cacat karena seluruh indranya berfungsi dengan baik, hanya letaknya berubah. Tubuh manusia seperti mengalami revolusi melalui kelahiran Kembang Kertas.
Ibunya kembali membawa Kembang Kertas ke desanya, di Bromo. Suaminya hanya seorang lelaki desa sederhana, yang kadang mencari tambahan uang dengan menyewakan kuda kepada turis, mengantar turis mengelilingi padang pasir dari kawah Bromo.
Kembang Kertas tumbuh dengan dunianya sendiri. Ia sensitif untuk hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting. Ia bisa duduk berlama-lama hanya menghadap tembok di rumahnya. Kadang selama 8 jam ia hanya duduk menghadap ke tembok. Dan orang tidak pernah ada yang tahu, apa yang sedang dilihatnya, karena kedua matanya ada di telapak tangannya. Wajahnya yang rata membuatnya hidup seperti memakai topeng yang selalu menutupinya.
Ia tidak mau sekolah. Setiap diajak ke sekolah ia menjerit-jerit seperti melihat sesuatu yang sangat menakutkan baginya. Semua yang dilihatnya seakan-akan bukan kenyataan yang sebenarnya. Kedua matanya yang terletak di telapak tangannya, dan selalu mengeluarkan suara seperti suara mekanik dari kamera yang sedang merekam, bisa melihat dua kenyataan sekaligus: kenyataan yang terlihat dan kenyataan yang tersembunyi.
Kembang Kertas memang tidak mau sekolah. Tapi tidak ada yang tahu kalau setiap hari ia selalu belajar bahasa rahasia melalui kenyataan tersembunyi yang dilihatnya. Kabut, katanya, aku bukanlah timbunan air yang pergi dari botol-botol minumanmu. Pohon, katanya, aku tidak mengerti bagaimana caranya menyintaimu. Sejarah, katanya, aku tidak mempunyai obat untuk menyembuhkan lukamu. Cinta, katanya, aku selalu heran apakah ada hati yang terbuat dari sebuah pagi yang baru saja meninggalkan malam.
Semua seperti hadir dalam pasangan yang tidak semestinya. Pasangan yang selalu dibuat berbeda. Tetapi keduanya terajut kembali menghasilkan pakaian baru, dan pakaian itu akan menjadi doa dan cinta bagi yang mengenakannya.
Setiap menonton TV bersama ibu dan ayahnya, di rumah mereka seperti sedang terjadi sebuah ritual, karena Kembang Kertas menonton TV lewat kedua telapak tangannya. Kedua telapak tangannya akan terangkat ke atas seperti orang menyembah, menyusuri layar monitor TV. Setiap menonton siaran berita, Kembang Kertas akan mengatakan: bukan dia pembunuhnya… bukan dia pelaku korupsi itu… istri anggota DPR itu memiliki banyak pacar… di dalam rumah itu ada banyak senjata dan uang … bukan dia yang meledakkan hotel itu.
Kembang Kertas bisa menunjukkan dengan tepat siapa pelaku sesungguhnya dari banyak siaran berita peristiwa kriminal, politik, dan berita-berita lainnya di TV. Kemampuan Kembang Kertas seperti itu membuat ibu dan ayahnya takut. Kemampuan yang berbahaya. Kemampuan yang bisa membuat kekacauan baru. Kemampuan yang membuat kedua orang tua Kembang Kertas heran, apa itu manusia apa itu hidup apa itu semua yang dijalaninya? Dan kedua orang tua kembang kertas berusaha menyembunyikan kemampuan Kembang Kertas seperti itu dari dunia luar.
***
Hujan turun di atas api. Percikan-percikan air dan api memisahkan diri dari hujan dan api, bertebaran di udara. Yang satu seperti kumpulan titik-titik bening yang bergerak memencar, satunya lagi seperti kumpulan titik-titik merah menyilaukan. Percikan-percikan air dan api itu membuat kembangnya sendiri, seperti tahun baru yang dirayakan oleh para pertapa di puncak gunung.
Kembang air dan kembang api menari-nari, saling memecah dan membelah diri, lalu bersatu kembali menjadi nyanyian cinta di akhir malam. Mereka berdua melukis waktu seperti daun-daun yang tumbuh menutupi seluruh daun dan batangnya sendiri. Setiap pagi menjelang, pohon yang seluruh dirinya telah tertutup daun itu, menyambut matahari lewat warna hijaunya yang terbuka. Tanah, mungkin bisa berubah kembali menjadi besi atau buah pepaya, tetapi tidak mungkin berubah menjadi sebuah hotel, katanya. Laut, mungkin bisa berubah menjadi balok es atau ikan-ikan, tetapi tidak mungkin berubah menjadi sebuah TV, katanya.
***
Di Batu Sangkar, Sumatra Barat, sebuah kota dengan suasana Minang lama, kejadian yang sama terulang. Sebuah bangunan dengan arsitektur kolonial, yang kini sudah berubah jadi bangunan untuk sekolah, tiba-tiba kedatangan seorang perempuan yang akan melahirkan. Perempuan itu datang dari sebuah keluarga sederhana yang hidup dari berdagang pakaian di Medan.
Murid-murid dan guru-guru di sekolah itu panik melihat perempuan itu melahirkan. Kakinya mengangkang. Ia tidak mengeluarkan suara ketika melahirkan. Tetapi darah dari lidahnya menetes. Perempuan itu menahan rasa sakit dengan menggigit lidahnya sendiri. Seorang bayi perempuan kemudian lahir melalui vagina ibunya seperti melahirkan tarian-tarian kembang air dan kembang api.
Bayi perempuan tidak berwajah itu, wajahnya rata seperti dinding ember plastik, mirip dengan bayi yang lahir di Semarang. Bayi itu juga diberi nama Kembang Kertas oleh ibunya.
Bayi itu tumbuh bersama butiran-butiran waktu yang membesarkannya. Setiap saat, waktu melayani dan menyusuinya, karena air susu ibunya sendiri kering. Kembang Kertas minum susu dari air susu waktu, setiap ia merasa haus. Jiwa dan tubuhnya sangat sensitif. Ia tumbuh seperti seonggok daging yang berjalan tanpa tulang.
Ketika Kembang Kertas mulai mengenali kehidupan sosial, bahwa setiap orang memiliki nama, ia melihat manusia seperti omong kosong yang cerewet. Ia merasa bahasa lebih banyak melukainya daripada membantunya berkomunikasi. Beberapa kata, seperti menyimpan luka dan pisau sekaligus. Kembang Kertas kemudian lebih banyak sendiri. Waktunya lebih banyak dihabiskan dengan mencuci. Setiap hari ia mencuci apa pun yang kotor, dari pakaian kotor, cucian kotor, sampai dengan membersihkan genteng-genteng yang berjamur.
Pagi itu langit berwarna biru. Hanya biru. Tak ada awan. Seperti lengkungan dari bundaran bola yang rata. Mirip kubah biru mengapung di atas kabut. Angin, yang merajut daun-daun dengan dahannya, rumah dengan tanah tempatnya berdiri, laut dengan ombaknya, gunung dengan jurang dan tebing-tebingnya, tidak berhembus. Semua yang dilihat tampak kaku, gambar-gambar yang tak bergerak, alam dan kehidupan hadir seperti tempelan-tempelan potret dalam sebuah bola.
Lalu Kembang Kertas mulai menggerakkan tangannya di atas permukaan air, di bak mandi kamar mandi rumahnya. Air beriak dan bergerak. Halus dan sangat halus. Tempelan-tempelan potret itu pun mulai bergerak. Dalam bak mandi itu, Kembang Kertas seperti bisa melihat seluruh sejarah yang pernah terjadi. Tentang armada laut yang bergerak dari Maluku, membawa rempah-rempah, berlayar memasuki gerbang Malaka, kehidupan di Sriwijaya, Majapahit atau Singosari. Kerajaan Pajajaran dan Mataram.
Orang-orang yang terus belajar bersama waktu, kemudian menjelma menjadi air setelah mereka mati. Waktu bergerak seperti seekor gajah yang menanam pohon beringin di mana-mana. Dan pada saat yang sama, orang-orang membunuh gajah itu dan membunuhnya, dan menebangi pohon-pohon beringin itu setelah tumbuh besar. Kami membunuhi gajah-gajah dan menebangi pohon-pohon agar keluarga kami bisa hidup, katanya.
Kembang Kertas membaca banyak sejarah yang telah ditulis, tidak sama dengan sejarah yang disaksikan dalam air bak kamar mandinya. Ia bisa melacak seluruh jejak sejarah, seperti memasuki rekaman video yang dibuat oleh air mata dan buih-buih ombak. Matahari tropis membuat warna sejarah itu tampak lebih kekuning-kuningan dan berdebu.
Hari mungkin telah malam, mungkin telah pagi, mungkin akan menjelang siang, katanya, sayang sekali jam di tanganku bukanlah hitung-hitungan bulan dan matahari. Orang tua Kembang Kertas di Medan, cemas, karena anaknya bisa berbahasa Jawa, bahasa Aran, China dan Sansakerta. Padahal tidak pernah ada yang mengajarinya bahasa-bahasa itu. Ketika ia berusia 9 tahun, Kembang Kertas juga bisa berbahasa Belanda, Rusia, Jerman dan Inggris. Dan tak ada seorang pun yang pernah mengajarinya bahasa-bahasa itu.
Kembang Kertas, tubuhnya, menjadi sarang sejarah dan bahasa-bahasa. Ia semakin takut untuk bertemu dengan orang lain. Ia terus mencuci sepanjang hari. Hingga suatu hari ia bertemu dengan sebuah sungai. Sungai itu begitu bening, mengalir seperti sungai kata-kata. Sungai yang mengalirkan banyak bahasa dan sejarah pada batang tubuhnya. Bahasa dan sejarah menjadi begitu bening dilihatnya, mengalir dalam sungai itu.
Ikan-ikan menggunakan berbagai bahasa itu untuk bernyanyi dalam sungai itu. Batu menggunakan berbagai warna dari sejarah dalam sungai itu. Pasir di sungai, hidup dalam buaian musik gamelan yang terus berbunyi di dasarnya. Seniman-seniman menjadi gila untuk mewarnai kehidupan.
Sungai itu begitu menggoda perhatian Kembang Kertas. Kembang Kertas mulai merasakan tubuhnya seperti air yang sedang beriak, menetes, merembes ke dalam tanah di pingggir sungai itu. Air terus menetes dari tubunhnya dan terus merembes ke dalam tanah di pingggir sungai itu. Waktu juga seperti ikut menetes, langit ikut menetes, pohon-pohon ikut menetes, sungai ikut menetes.
Setelah itu, orang tidak pernah melihat Kembang Kertas. Keluarganya telah mencarinya ke mana-mana. Tetapi Kembang Kertas seperti telah sirna begitu saja. Tetapi, setiap orang menangkap ikan di sungai itu, ikan itu menetes dan menjadi air di telapak tangan mereka.
Di Yogyakarta… di Bandung… di Makassar… di Denpasar… di Cirebon… di Palembang… di Solo… Jakarta… juga di Amsterdam, Tokyo dan di New York, lahir bayi perempuan yang sama, tanpa wajah. Mereka semua lahir dalam sebuah bangunan dengan arsitektur kolonial.
Mereka semua bernama Kembang Kertas. (*)

Apersiasi:

  • Alur                 :  Maju.
  • Tema               : Kemampuan indera ke enam yang dimiliki Kembang Kertas.
  • Tokoh dan Watak       :
1. Perempuan dari keluarga petani (Ibu Kembang Kertas 1), watak: Aneh, penyayang terhadap Kembang Kertas, penakut, suka menyimpan rahasia akan kemampuan aneh Kembang Kertas.
2. Perempuan dari keluarga pedagang (Ibu Kembang Kertas 2), watak: Aneh, penyayang terhadap Kembang Kertas, penakut, suka menyimpan rahasia akan kemampuan aneh Kembang Kertas.
3. Ayah Kembang Kertas 1, watak: Pekerja keras, penakut, suka menyimpan rahasia akan kemampuan aneh Kembang Kertas.
4. Kembang Kertas 1, watak: Pemalu, suka menyendiri, rajin dan memiliki kemampuan indera ke enam.
5. Kembang Kertas 2, watak: Pemalu, suka menyendiri, rajin dan memiliki kemampuan indera ke enam.
  • Setting :
1. Setting Tempat        : Semarang (Jawa Tengah), Bromo (Jawa Timur), Batu Sangkar (Sumatera Barat), dan Medan (Sumatera Utara).
2. Setting Waktu         : -
3. Setting Suasana       : Mencekam, bahagia, sedih, dan khawatir.
  • Sudut Pandang Pencerita: Maha tahu.

Cerpen Pasir Retak menceritakan tentang dua keluarga yang berlainan tempat atau daerah tetapi memiliki persamaan nasib dan kejadian. Persamaan nasib diantara keluarga tersebut adalah sama-sama dikaruniai bayi tanpa wajah dan bayi itu memiliki anatomi tubuh yang tidak wajar dari bayi pada umumnya. Kemudian persamaan kejadiannya adalah bayi itu sama-sama lahir di tempat yang jauh dari tempat tinggal asli orang tuanya. Yaitu di Semarang (Jawa Tengah), tempat kelahiran Kembang Kertas 1, karena sebenarnya Ibu kembang Kertas 1 berasal dari Bromo (Jawa Timur). Sedangkan di Batu Sangkar (Sumatera Barat), tempat kelahiran Kembang Kertas 2 yang sebenarnya Ibu Kembang Kertas 2 berasal dari Medan (Sumatera Utara). Lokasi atau tempat kelahiran mereka juga memiliki persamaan, diantaranya adalah di dalam sebuah bangunan tua berarsitektur Belanda yang dibangun sekitar akhir abad 19 dan sekarang masing-masing bangunan tua itu sudah berubah fungsinya menjadi bank dan sekolahan.
Dari berbagai persamaan yang terjadi diantara dua keluarga tersebut, penulis hendak menyampaikan bahwa telah terjadi peristiwa aneh mengenai dua tempat berbeda yang letaknya saling berjauhan itu, yaitu di Semarang dan Batu Sangkar. Kedua kota tersebut memang memiliki catatan sejarah tersendiri bagi bangsa ini, terutama pada saat penjajahan Belanda di Indonesia. Sehingga bangunan-bangunan yang berdiri di kota itu, banyak yang berarsitektur kolonial Belanda. Peristiwa aneh itu salah satunya adalah kelahiran bayi perempuan tanpa wajah yang memiliki anatomi tubuh tidak wajar dari bayi-bayi lain. Keanehan lain atas kelahiran bayi di dua kota itu adalah persamaan pemberian nama terhadap bayi itu sendiri. Kedua bayi yang lahir di dua tempat berbeda dan mempunyai banyak persamaan itu sama-sama diberi nama Kembang Kertas oleh orang tuanya masing-masing.
Kedua bayi yang terlahir secara aneh tersebut memiliki kemampuan yang tidak biasa dari manusia lain atau yang biasa disebut dengan indera ke enam. Kembang Kertas 1, walaupun dia tidak mau sekolah, tetapi setiap hari ia selalu belajar bahasa rahasia melalui kenyataan yang dilihatnya. Dia bisa melihat kenyataan hidup ini baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan Kembang Kertas 1 yang bisa menunjukkan dengan tepat siapa pelaku sesungguhnya dari banyak siaran berita peristiwa kriminal, politik, dan berita lain yang dilihatnya di TV. Kemampuan seperti itulah yang membuat ibu dan ayah Kembang Kertas 1 menjadi heran, takut dan cemas akan keselamatan dirinya. Kemampuan yang berbahaya, kemampuan yang bisa membuat kekacauan baru di kehidupan ini.
Kembang Kertas 2, sama seperti halnya Kembang Kertas 1, ia juga memiliki kemampuan yang tidak biasa dari manusia lain. Diantaranya, ia mampu melihat seluruh sejarah yang pernah terjadi. Seperti sejarah awal mula tentara Portugis bergerak dari Maluku dengan membawa rempah-rempah menuju kembali ke negaranya, kehidupan pada masa Kerajaan Sriwijaya, Majapahit atau Singosari, Kerajaan Pajajaran dan Mataram. Kembang Kertas mampu membaca banyak sejarah yang telah ditulis, dia bisa melacak seluruh jejak sejarah dengan mengalir saja. Kemampuan lain yang dimiliki oleh Kembang Kertas adalah mampu menguasai berbagai macam bahasa daerah dan juga bahasa asing. Diantaranya, bahasa Jawa, bahasa Arab, China, Sansekerta, Belanda, Rusia, Jerman, Inggris, dan lainnya. Kemampuan semacam ini dinamakan poliglot. Yaitu kemampuan menguasai berbagai macam bahasa-bahasa manusia di dunia. Padahal, dari kemampuan yang dimiliki Kembang Kertas 2 itu, sama sekali tidak pernah ada yang mengajari sebelumnya. Bahkan, ia juga tidak pernah belajar di bangku sekolah, karena untuk bertemu orang lain saja ia merasa malu dan takut. Kemampuan itu sudah ada sejak ia berumur 9 tahun.
Amanat atau pelajaran yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca dalam cerpen Pasir Retak ini adalah nilai kehidupan yang selalu ada dan sangat dekat dengan manusia. Dalam arti bahwa di kehidupannya, manusia selalu dihadapkan pada keanehan maupun kejanggalan disekitarnya. Keanehan dan kejanggalan itu dapat berupa kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki oleh manusia lain. Seperti halnya Kembang Kertas 1 dan Kembang Kertas 2, mereka memiliki kelebihan istimewa dari manusia pada umumnya, yaitu kemampuan indera ke enam. Kelebihan itu oleh sebagian manusia dianggap sebagai keanehan dan kejanggalan. Karena banyak yang tidak percaya akan kemampuan seperti itu, apalagi kemampuan itu dimiliki oleh Kembang Kertas 1 dan Kembang Kertas 2 yang terlahir berbeda dari manusia pada umumnya. Sehingga manusia perlu menyadari akan perbedaan yang ada disekitarnya tanpa membeda-bedakan fisik maupun kemampuan yang dimiliki oleh individu lain.
Akhir dari kisah dalam cerpen itu adalah kesedihan bagi keluarga Kembang Kertas 1 dan Kembang Kertas 2. Karena Kembang Kertas 1 telah menemui ajalnya, hal ini dinyatakan dalam kutipan “Kembang air dan kembang api menghapus dirinya, seperti menghapus air dari tubuh dengan handuk setelah mandi”. Sedangkan Kembang Kertas 2 juga mengalami hal yang sama, dia hilang begitu saja secara misterius dalam kehidupan ini. Dibuktikan dalam kutipan “Setelah itu, orang tidak pernah melihat Kembang Kertas. Keluarganya telah mencarinya ke mana-mana. Tetapi Kembang Kertas seperti telah sirna begitu saja”.

Rabu, 10 Oktober 2012

Pemilik Catatan Kumel


Boleh Lemah, tapi Selalu Optimislah...
           Pemilik blog ini adalah saya, nama Abdul Mukhlis. Dilahirkan di sebuah kota kecil di pantura kabupaten Batang, propinsi Jawa Tengah, pada hari Minggu 6 Oktober. Saya terlahir dari pasangan yang saling mencintai yaitu Bapak Sugianto dan alm. Ibu Nuryati. Sekarang ini saya masih tinggal bersama orang tua saya yang beralamatkan di Jl. Urip Sumoharjo, Rt. 06/04, Dukuh Bleder, Desa Tegalsari, Kec. Kandeman, Kab. Batang. Saya merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakak pertama saya perempuan, sudah berumah tangga dan dikaruniai dua orang anak yang keduanya perempuan. Kemudian kakak kedua saya laki-laki dan berhasil menamatkan pendidikan Sarjananya di UNNES jurusan Pendidikan Sosiologi dan Antropologi pada tahun 2009, tetapi beliau meninggal dunia dalam usia yang relatif muda yaitu 22 tahun setelah satu hari pasca diwisuda karena kecelakaan lalu lintas.
            Hobi saya adalah berolah raga, terutama cabang sepak bola. Karena dengan berolah raga fisik kita menjadi sehat dan kuat yang bisa mendorong kita melakukan segala aktivitas sehari-hari. Selain berolah raga saya juga mempunyai hobi yang merupakan suatu kebutuhan bagi hidup saya yaitu membaca. Karena membaca merupakan salah satu sumber ilmu yang sangat membantu bagi pemenuhan kebutuhan informasi yang belum saya ketahui. Status saya adalah lajang dan saat ini saya masih tercatat sebagai salah satu mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID). Sebelum melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi riwayat pendidikan saya yaitu TK. Kasih Ibu Proyonanggan Batang pada tahun ajaran 1997/1998, SDN Proyonanggan 12 Batang masuk tahun ajaran 1998/1999 dan lulus ditahun 2003/2004, SMPN 3 Batang masuk tahun ajaran 2004/2005 lulus tahun 2006/2007, dan kemudian SMKN 1 Kandeman Batang masuk tahun ajaran 2007/2008 lulus ditahun 2009/2010.
            Motto hidup dalam diri saya adalah “Man Jada wa Jadda” yang artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Kata-kata itu mungkin cukup klise dan sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari, tetapi justru karena hal itu saya menjadikannya sebagai motivasi untuk menjalankan kehidupan ini. Karena bagi saya pepatah itu mempunyai arti yang sangat besar dan dapat menggerakkan potensi dalam diri saya yang belum teroptimalkan. Pepatah itu juga mewakili diantara sifat positif dalam diri saya, yaitu pantang menyerah sebelum apa yang dicita-citakan terpenuhi.
            Sifat positif lain dari diri saya yaitu mudah bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, hal ini terbukti sampai dengan saat ini saya masih diterima di segala lingkungan atau forum tanpa adanya konflik dari individu atau kelompok lain tentang diri saya. Sifat positif dalam diri saya menurut teman-teman yaitu ramah, suka menolong, rendah hati (tidak sombong) dan tanggung jawab terhadap amanat. Kelebihan pada diri saya tidak banyak yang dapat saya ungkapkan karena memang saya adalah makhluk yang sangat lemah dan masih sangat banyak kekurangannya. Tetapi tidak ada salahnya apabila saya menunjukkan salah satu kelebihan yang saya miliki yaitu penyabar dan toleran terhadap individu lain, dalam hal ini konteksnya adalah teman.
            Mengenai sifat negatif yang saya miliki pastinya sangat banyak dan tidak dapat dihitung, karena sifat kodrat manusia adalah tempatnya salah dan dosa. Diantara sifat tersebut adalah mudah tersinggung (pemarah), pemalas stadium awal, kecil hati, rendah diri, dan lainnya. Kekurangan pada diri saya antara lain tidak bisa memanajemen waktu dalam hidup dengan baik dan efisien yaitu tidak seimbangnya antara belajar, berorganisasi, beristirahat, dan bermain. Kekurangan lain pada diri saya yaitu rendah diri dan sering berkecil hati, dalam hal ini konteksnya adalah mengenai masa depan. Misalnya mengenai persaingan di masa depan yang diprediksi akan sangat global dan ketat, saya langsung merasa rendah diri, dan kecil hati serta tidak optimis menghadapinya. Sifat itu kambuh hanya musiman saja dan diwaktu tertentu tetapi setelah mengingat serta flash back kembali kepada sosok panutan dihidup saya maka sifat-sifat itu hilang dengan sendirinya.
            Sosok yang menjadi panutan serta inspirator dalam hidup saya adalah Rasulullah Muhammad SAW. Dalam hal ini timbul suatu pertanyaan, mengapa sosok tersebut menjadi panutan serta inspirator dalam hidup saya? Alasan yang bisa mewakili pertanyaan tersebut adalah karena sudah sepantasnya dan menjadi harga mati bahwa sebagai umat Islam junjungan dan panutan yang pantas dijadikan idola adalah Rasulullah SAW. Sisi lain dari kehidupan beliau sangat menarik untuk dikupas dan diikuti oleh orang-orang yang mengidolakannya. Dengan mengidolakan beliau berarti kita secara langsung mempunyai kadar keimanan sesuai yang diperintahkan Allah SWT yaitu rukun iman yang ke tiga iman kepada Nabi dan Rasul-rasul Allah. Mengikuti ajaran dan risalah beliau juga akan menimbulkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Karena beliau mendapatkan risalah tersebut dari Allah SWT langsung, dengan di turunkannya kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan umat di dunia. Beliau mempunyai akhlak yang sangat mulia, dalam menghadapi orang-orang yang memusuhinya beliau tetap berprasangka dan membalas baik kepada mereka yang telah berbuat jahat.
            Subhanallah, betapa mulianya sifat yang dimiliki oleh Rasulullah SAW ini. Dari sini dapat saya paparkan sejauh mana Rasulullah SAW telah menginspirasi dan menjadi panutan dalam hidup saya, bahwa dalam menghadapi segala masalah pelarian kita hanya kepada Allah SWT seperti apa yang sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Untuk menghadapi permasalahan sosial, perlu melihat dan mencontoh apa yang telah Rasulullah SAW lakukan dalam menghadapi dan memecahkan masalah tersebut dan begitu pula masalah lainnya. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya adalah kebenaran yang hakiki dan kebenaran yang nyata. Maka dari itu, saya sangat mengidolakan beliau dan menjadikannya panutan dalam kehidupan saya.
            Mengenai harapan dan  keinginan serta planning ke depan (rencana jangka panjang) saya ke depan adalah lulus dari bangku perguruan tinggi dan mengikuti program profesi guru tepat pada waktunya yaitu 4 tahun syukur kalau bisa lulus kurang dari empat tahun yakni 3,5 tahun pastinya di sertai dengan IPK di atas 3,25. Setelah lulus dari bangku perguruan tinggi saya akan menjadi seorang pendidik yang profesional, tanggung jawab, berdedikasi terhadap kemajuan pendidikan, ikhlas dalam menjalankan pekerjaan tersebut. Selain itu, saya juga mempunyai harapan dan keinginan untuk memberikan kontribusi saya baik berupa pemikiran maupun tenaga untuk kemajuan pendidikan di daerah terpencil dan tertinggal di daerah saya. Disamping menjadi seorang pendidik, saya juga mempunyai keinginan dan planning untuk merintis usaha dalam bidang jasa.  Contohnya: toko, bengkel, dan sejenisnya. Karena dengan berwirausaha saya bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang di sekitar saya yang membutuhkan pekerjaan. Setidaknya saya bisa membantu pemerintah dalam menekan dan mengentaskan masalah pengangguran di negara tercinta ini. Pastinya untuk mewujudkan harapan dan keinginan tersebut harus di sertai dengan belajar, usaha, doa, dan keyakinan kepada Allah SWT yang tiada lelah dan habisnya agar semua harapan dan keinginan tersebut bisa menjadi kenyataan. Aamiin.!!!
            Nah, itulah harapan dan keinginan saya untuk jangka waktu ke depan. Sebagai makhluk Allah pasti banyak sekali kesalahan yang telah saya perbuat, seperti dalam pepatah “Tiada gading yang tak retak”. Tetapi untuk selalu memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat agar tidak terulang lagi merupakan suatu perbuatan yang mulia. SALAM SUKSES.!!