"Berbagi dengan Sesama, Meskipun Hanya Bisa Memberi Sedikit"

Rabu, 21 Mei 2014

Puisi: Kecuaian Pena




Kecuaian Pena
Oleh: Abdul Mukhlis

Pena itu, tak lurus ku cengkeram
Sukar kuajak bermain coretan
huruf,
kata,
angka,
Tak bisa ku tuliskan
Hanya goresan,
yang tak pernah berkesan
Ah, aku bosan dengan keadaan...
Pena itu, kapan kau berteman denganku?
Beribu huruf,
kata,
dan angka,
Ingin ku limpahkan lewat ujung tubuhmu
Pena itu, tetap cuai kepadaku.
22 Mei 2013

Puisi: Kursi Tua




Kursi Tua
Oleh: Abdul Mukhlis

Kayu lapuk tak tak terjaga, tubuh menua tak terurus.
Ketika itu kokoh nan keras, bahkan sekeras batu karang yang tahan diterpa ombak lautan.
Beribu memori terkumpul saat dekat dengannya,
Kini hanya tersisa sekeping romansa di kala itu.
Dulu kau pernah berjaya untukku.

            20 Mei 2013

Puisi: Diriku di Matamu




Diriku di Matamu
Oleh: Abdul Mukhlis

Di matamu, aku hanya seonggok materi yang penuh dengan nafsu
Menjamah setiap lekuk tubuh indahmu tanpa rasa malu.
Di matamu, aku hanya sebatang besi yang berlumur debu
Mengotori lembut tubuhmu yang mencoba lepas dari belengguku.
Di matamu, aku hanya sepotong kenangan yang terbalut rasa palsu
Membohongi otakmu dengan janji-janji manis mulutku.
Di matamu, aku hanya sebongkah batu di jalan berliku
Yang mengancam langkah kakimu menuju jalan impianmu.

Tapi bagiku, engkau lain di mataku
Kau berbanding terbalik dengan pandanganmu terhadapku.

Di mataku, kau lebih dari segelas susu
Yang mampu menutupi hati hitamku dengan putihnya hatimu.
Di mataku, kau seperti batu karang yang dihempas gelombang laut biru
Mampu mengubah hidupku dengan kuatnya acuhmu.
Di mataku, kau layaknya secawan madu
Yang selalu meracuni otakku dengan sebersit wajahmu.
Di mataku, engkau lebih dari apa yang kau sangkakan terhadapku.


Meja tulis, 17 Agustus 2013

Puisi: Bumi Tanpamu





Bumi Tanpamu
Oleh: Abdul Mukhlis

Setetes air yang menindihmu,
Memberi pesona di netraku
Terpaan angin di punggungmu,
Membuat bibir ini kaku dan lidah kelu
Warna tubuhmu,
Memperkaya pelangi fantasiku
Bayangkan, jika bumi tanpamu!
Nafas sesak selalu mengganggu,
Bak hidung tertutup batu,
Bukan batu, tapi abu
Ahh, itu sama saja.
Dariku untukmu; Terima kasih Daun!

Puisi: Surat Perindu




Surat Perindu: Teruntuk EL 
Oleh: Abdul Mukhlis
Sepucuk surat jambon,
Hinggap di hati yang beku.
Malam itu, hati mencair
karena surat sang perindu.
Duka, lara, hampa,
Perlahan menyingkir
Menjauh dari kubangan hati yang tadinya beku
Surat itu, memberi kejelasan kepadaku
Senyum tersungging di bibir yang tak lagi kaku.
Malam itu, hati mencair
Karena surat sang perindu.