"Berbagi dengan Sesama, Meskipun Hanya Bisa Memberi Sedikit"

Rabu, 04 April 2012

Keimanan



Iman Kepada Allah dan Memegang Teguh Agama-Nya

Allah berfirman untuk memberi berita gembira kepada orang-orang mukmin dengan rahmat-Nya:
Dia-lah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan  kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (Al-Ahzab: 43).
Bila iman tertanam kokoh dalam hati seorang hamba, ia akan melihat makhluk dengan tatapan kasih sayang, tidak dengan kebencian. Merasa iba terhadap para hamba yang lalai, lalu mengalihkan mereka dari jalan kelalaian menuju jalan hidayah dan petunjuk serta memberikan nasihat dengan cara lemah-lembut dan penuh kasih sayang, tidak kekerasan dan kasar. Ia menyayangi anak kecil dan lemah-lembut terhadap orang dewasa, bersikap flekibel dan lentur, tidak menyakiti sesama, serta tidak sombong atau angkuh kepada siapapun.
Jika seorang hamba mengetahui Allah telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang:
“Katakanlah, ‘Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi. ‘Katakanlah, ‘Kepunyaan Allah.’ Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang...” (Al-An’am:12).
            Dan dia lebih sayang kepada hamba daripada seorang ibu terhadap anaknya, jiwanya pun akan menjadi tenang. Sebab, ia merasa yakin bahwa seluruh ketetapan Rabbnya atas dirinya ialah rahmat. Ia yakin setiap kali menghadap Rabbnya, ia mendapati-Nya Zat Yang Maha Belas Kasih lagi Penyayang. Hal tersebut akan membuatnya semakin patuh dan cinta kepada-Nya.
            Ini adalah rahmat umum yang mencakup seluruh makhluk, bahkan sekalipun kepada orang-orang kafir. Itu disebabkan, Allah menyandingkan rahmat dengan ilmu. Sementara rahmat-Nya yang dinisbatkan kepada orang mukmin, itu lebih istimewa dan lebih besar. Sebab dialah rahmat yang berkaitan dengan iman, agama, dan juga dunia. Iman aakan melindungi pelakunya sehingga ia tidak berkeluh kesah pada saat susah, tertimpa cobaan. Sementara pada saat mendapat nikmat, ia tidak merasa sombong.
Inilah Nabi Ibrahim yang mempersembahkan seluruh hidupnya hanya untuk Allah. Ia rela mengorbankan dirinya dibakar dalam kobaran api, anaknya ia persembahkan sebagai kurban, makanan terbaiknya ia hidangkan untuk para tamu yang sama sekali tidak dikenalnya, ia hancurkan berhala-berhala, dan mengikhlaskan dirinya dalam menyembah Ar-Rahman. Lantaran semua kepatuhan ini, Allah memujinya dalam firman-Nya:

“dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?”. (An-Najm: 37)

Ya, itulah kesetiaan. Kesetiaan bukanlah ibadah satu jam dalam sehari semalam, lalu berbuat dosa selama dua puluh tiga jam. Tidaklah disebut setia kepada Allah selama satu bulan, lalu meninggalkan ibadah sampai akhir tahun. Tidak, tidak! Karena, orang mukmin sejati senantiasa beribadah kepada Allah sampai ia dimasukkan ke liang kubur.
Belajarlah dari para nabi dan ambillah pelajaran dari kisah-kisah mereka. Begitulah sosok mukmin sejati. Allah telah menyifati orang-orang berakal dengan kesetiaan. Allah berfirman:

"Yaitu  orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak Perjanjian". (Ar-Ra'ad: 20).

            Sumber bacaan:
Ghunaim, H. S. 2008. Kiat Menjemput Rahmat Allah Sebelum Ajal. Solo: Aqwam Press.