Iman
Kepada Allah dan Memegang Teguh Agama-Nya
Allah
berfirman untuk memberi berita gembira kepada orang-orang mukmin dengan
rahmat-Nya:
“Dia-lah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (Al-Ahzab: 43).
Bila
iman tertanam kokoh dalam hati seorang hamba, ia akan melihat makhluk dengan
tatapan kasih sayang, tidak dengan kebencian. Merasa iba terhadap para hamba
yang lalai, lalu mengalihkan mereka dari jalan kelalaian menuju jalan hidayah
dan petunjuk serta memberikan nasihat dengan cara lemah-lembut dan penuh kasih
sayang, tidak kekerasan dan kasar. Ia menyayangi anak kecil dan lemah-lembut
terhadap orang dewasa, bersikap flekibel dan lentur, tidak menyakiti sesama,
serta tidak sombong atau angkuh kepada siapapun.
Jika
seorang hamba mengetahui Allah telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang:
“Katakanlah,
‘Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi. ‘Katakanlah, ‘Kepunyaan
Allah.’ Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang...”
(Al-An’am:12).
Dan dia lebih sayang kepada hamba daripada seorang ibu
terhadap anaknya, jiwanya pun akan menjadi tenang. Sebab, ia merasa yakin bahwa
seluruh ketetapan Rabbnya atas dirinya ialah rahmat. Ia yakin setiap kali
menghadap Rabbnya, ia mendapati-Nya Zat Yang Maha Belas Kasih lagi Penyayang.
Hal tersebut akan membuatnya semakin patuh dan cinta kepada-Nya.
Ini adalah rahmat umum yang mencakup seluruh makhluk,
bahkan sekalipun kepada orang-orang kafir. Itu disebabkan, Allah menyandingkan
rahmat dengan ilmu. Sementara rahmat-Nya yang dinisbatkan kepada orang mukmin,
itu lebih istimewa dan lebih besar. Sebab dialah rahmat yang berkaitan dengan
iman, agama, dan juga dunia. Iman aakan melindungi pelakunya sehingga ia tidak
berkeluh kesah pada saat susah, tertimpa cobaan. Sementara pada saat mendapat
nikmat, ia tidak merasa sombong.
Inilah
Nabi Ibrahim yang mempersembahkan seluruh hidupnya hanya untuk Allah. Ia rela
mengorbankan dirinya dibakar dalam kobaran api, anaknya ia persembahkan sebagai
kurban, makanan terbaiknya ia hidangkan untuk para tamu yang sama sekali tidak
dikenalnya, ia hancurkan berhala-berhala, dan mengikhlaskan dirinya dalam
menyembah Ar-Rahman. Lantaran semua kepatuhan ini, Allah memujinya dalam
firman-Nya:
“dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?”. (An-Najm: 37)
Ya,
itulah kesetiaan. Kesetiaan bukanlah ibadah satu jam dalam sehari semalam, lalu
berbuat dosa selama dua puluh tiga jam. Tidaklah disebut setia kepada Allah
selama satu bulan, lalu meninggalkan ibadah sampai akhir tahun. Tidak, tidak!
Karena, orang mukmin sejati senantiasa beribadah kepada Allah sampai ia
dimasukkan ke liang kubur.
Belajarlah
dari para nabi dan ambillah pelajaran dari kisah-kisah mereka. Begitulah sosok
mukmin sejati. Allah telah menyifati orang-orang berakal dengan kesetiaan.
Allah berfirman:
"Yaitu orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak Perjanjian". (Ar-Ra'ad: 20).
"Yaitu orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak Perjanjian". (Ar-Ra'ad: 20).
Sumber bacaan:
Ghunaim,
H. S. 2008. Kiat Menjemput Rahmat Allah
Sebelum Ajal. Solo: Aqwam Press.