"Berbagi dengan Sesama, Meskipun Hanya Bisa Memberi Sedikit"

Minggu, 11 Maret 2012

Rangkuman


Tugas Membaca Komprehensif
Reproduksi Bacaan: Rangkuman/ Resume
Nama   : Abdul Mukhlis
Nim     : A310110063
Kelas   : II A


Morfologi
Telaah Morfem dan Kata

A. Morfologi
Morfologi adalah bidang linguistik yang mengkaji dan mempelajari morfem serta kombinasi-kombinasinya (Kridalaksana, 1984: 3). Morfologi berasal dari bahasa Inggris morphology, yakni ilmu tentang morfem. Objek kajiannya adalah hal-hal yang berhubungan dengan bentuk kata atau struktur kata dalam bahasa.
B. Morfem dan Ruang Lingkupnya
Morfem berasal dari kata morphe dan ema (sebagai akhiran). Morphe berarti bentuk, sedangkan ema berarti yang mengandung arti. Dengan demikian, morfem merupakan satuan terkecil dalam kata yang tidak dapat dipisahkan lagi. Misalnya kata hujan, sangat, lebat, suara, petir, manusia, dan, yang merupakan sebuah morfem. Morfem pokok atau morfem dasar ditemukan dalam ujaran tersebut. Bentuk satuan lingual tersebut tidak bisa dipisah lagi menjadi bentuk yang lebih kecil. Apabila dipaksakan dipisah menjadi satuan yang lebih kecil, maka akan dihasilkan bentuk satuan lingual yang tidak mengandung pengertian. Penutur bahasa mengenal bentuk itu sebagai bentuk yang tidak fungsional di dalam bahasanya.
Ciri morfem adalah sebagai bagian dari ujaran yang mengandung pengertian. Ciri inilah yang menjadikan satuan lingual itu menjadi fungsional di dalam bahasa, jelas di sini bahwa sebuah morfem memiliki pengertian. Jika tidak terkandung sebuah pengertian, maka bentuk yang bersangkutan tidak termasuk morfem. Morfem dalam bahasa seringkali ditemukan berulang-ulang kehadirannya. Menurut Samsuri (1981) ada tiga prinsip pengenalan morfem. Pertama, bentuk-bentuk yang berulang yang memiliki pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama. Kedua, bentuk-bentuk yang mirip (susunan fonem-fonemnya) yang memiiliki pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama apabila perbedaan-perbedaan itu dapat diterangkan secara fonologis. Ketiga, bentuk-bentuk yang berbeda susunan fonemnya, yang tidak dapat diterangkan secara fonologis perbedaan-perbedaannya, masih bisa dianggap sebagai alomorf-alomorf daripada morfem yang sama atau mirip, asal perbedaan-perbedaan itu bisa diterangkan secara morfologis. Selanjutnya perhatikan beberapa contoh berikut agar memperoleh gambaran lebih lanjut mengenai morfem.
Motor : satu morfem (motor), Bermotor : dua morfem (ber; motor), Motor-motoran : tiga morfem (motor; motor; an), Yuma : satu morfem (Yuma), Kebangsaan : dua morfem (bangsa; ke-an).
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya morfem membentuk kata dasar, atau dengan kata lain morfem belum tentu kata sedangkan kata sudah pasti morfem.
Morfem dapat dibedakan atau terdiri atas tiga bagian. Diantaranya (a) morfem bebas, (b) morfem terkait, dan (c) morfem setengah bebas. (a) Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan memiliki arti. Contohnya: rumah, pulang, jatuh, pergi, kota, senang, takut, gerak, ibu, ilmu, aku, kita dan sebagainya. Sebagai morfem bebas sebuah tuturan atau ucapan mengandung makna leksikal. Morfem bebas tersebut dapat berupa kata dasar, dapat juga berupa pokok kata. Contoh: (1) Yang berupa kata dasar. Kata-kata ayah,minum,Yuma, kamu, mobil, dsb, merupakan kata dasar yang telah mengandung makna secara leksikal walaupun dibentuk oleh unsur atau morfem lain. (2) Yang berupa pokok kata. Beberapa morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan atau ucapan namun secara gramatik memiliki sifat kebahasaan, istilah tersebut disebut dengan pokok kata. Contoh: kata bermain: terdiri atas dua morfem, yakni ber- dan main. Dalam ujaran atau tuturan biasa bentuk “main” tidak pernah dipakai. Bentuk itu dinamakan pokok kata.
(b) Morfem terkait adalah morfem yang selalu melekat pada morfem lain atau dapat memiliki makna setelah bergabung dengan morfem yang bebas. Sebagai contoh: ber, ter, me, di, se, -kan, per, -an, -kan, i, dsb. Morfem terikat baru memiliki arti setelah mengaitkan diri pada morfem lain. Contoh: morfem “ber” tidak mempunyai makna, tetapi setelah bergabung dengan kata “main” menjadi “bermain” morfem ber- menjadi memiliki makna, “sedang melakukan aktivitas, yaitu bermain”.
(c) Morfem setengah bebas. Secara gramatik ada beberapa morfem yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi mempunyai sifat bebas seperti halnya morfem yang dapat berdiri sendiri atau morfem bebas. Morfem tersebut antara lain: pada, kepada, dari, daripada, tentang, sebab, karena, walaupun, meskipun, dsb.
C. Morfem dan Kata
Sebuah morfem dapat dibentuk dengan sebuah kata. Sebuah kata belum tentu selalu terdiri atas hanya satu morfem saja. Sebuah kata, mungkin juga dibentuk oleh satu morfem, dua morfem atau lebih. Dalam kalimat “Adik membuat motor-motoran” terlihat ada tiga kata dengan rincian sebagai berikut: adik (satu morfem), membuat (dua morfem, me- dan buat), motor-motoran (tiga morfem, motor, motor, dan –an). Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa kata “adik” merupakan satu kata yang hanya terdiri atas satu morfem (dalam hal ini adalah morfem bebas). Kata “membuat” merupakan satu kata yang dibentuk oleh dua morfem, yaitu morfem terikat me- dan morfem bebas buat. Kata motor-motoran merupakan satu kata (bentuk ulang berimbuhan) yyang dibentuk oleh morfem motor dalam bentuk ulang (dua morfem), dan morfem terikat –an sebagai imbuhan akhir (sufiks).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedudukan morfem tidak selalu sama dengan kata. Kadang sebuah kata berupa satu morfem (misalnya: adik-adik), kadang terdiri atas lebih dari satu morfem (misalnya: motor-motoran). Namun demikian, tidak semua morfem dapat disebut sebagai kata. Misalnya, me- dalam kata membuat adalah morfem (terikat), namun me- bukan kata.

            Sumber bacaan:
M. Rohmadi, dkk. 2010. Morfologi Telaah Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma Pustaka.
Selengkapnya: http://sanglinguis.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar