Tugas
Membaca Komprehensif
Reproduksi
Bacaan: Rangkuman/ Resume
Nama :
Abdul Mukhlis
Nim :
A310110063
Kelas :
II A
Morfologi
Telaah Morfem dan Kata
A. Morfologi
Morfologi
adalah bidang linguistik yang mengkaji dan mempelajari morfem serta
kombinasi-kombinasinya (Kridalaksana, 1984: 3). Morfologi berasal dari bahasa
Inggris morphology, yakni ilmu
tentang morfem. Objek kajiannya adalah hal-hal yang berhubungan dengan bentuk
kata atau struktur kata dalam bahasa.
B. Morfem dan Ruang Lingkupnya
Morfem
berasal dari kata morphe dan ema (sebagai akhiran). Morphe berarti bentuk, sedangkan ema berarti yang mengandung arti. Dengan
demikian, morfem merupakan satuan terkecil dalam kata yang tidak dapat
dipisahkan lagi. Misalnya kata hujan, sangat, lebat, suara, petir, manusia,
dan, yang merupakan sebuah morfem. Morfem pokok atau morfem dasar ditemukan
dalam ujaran tersebut. Bentuk satuan lingual tersebut tidak bisa dipisah lagi
menjadi bentuk yang lebih kecil. Apabila dipaksakan dipisah menjadi satuan yang
lebih kecil, maka akan dihasilkan bentuk satuan lingual yang tidak mengandung
pengertian. Penutur bahasa mengenal bentuk itu sebagai bentuk yang tidak
fungsional di dalam bahasanya.
Ciri
morfem adalah sebagai bagian dari ujaran yang mengandung pengertian. Ciri
inilah yang menjadikan satuan lingual itu menjadi fungsional di dalam bahasa,
jelas di sini bahwa sebuah morfem memiliki pengertian. Jika tidak terkandung
sebuah pengertian, maka bentuk yang bersangkutan tidak termasuk morfem. Morfem
dalam bahasa seringkali ditemukan berulang-ulang kehadirannya. Menurut Samsuri
(1981) ada tiga prinsip pengenalan morfem. Pertama, bentuk-bentuk yang berulang
yang memiliki pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama. Kedua,
bentuk-bentuk yang mirip (susunan fonem-fonemnya) yang memiiliki pengertian
yang sama, termasuk morfem yang sama apabila perbedaan-perbedaan itu dapat
diterangkan secara fonologis. Ketiga, bentuk-bentuk yang berbeda susunan
fonemnya, yang tidak dapat diterangkan secara fonologis perbedaan-perbedaannya,
masih bisa dianggap sebagai alomorf-alomorf daripada morfem yang sama atau
mirip, asal perbedaan-perbedaan itu bisa diterangkan secara morfologis.
Selanjutnya perhatikan beberapa contoh berikut agar memperoleh gambaran lebih
lanjut mengenai morfem.
Motor
: satu morfem (motor), Bermotor : dua morfem (ber; motor), Motor-motoran : tiga
morfem (motor; motor; an), Yuma : satu morfem (Yuma), Kebangsaan : dua morfem
(bangsa; ke-an).
Dari
contoh di atas dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya morfem membentuk kata
dasar, atau dengan kata lain morfem belum tentu kata sedangkan kata sudah pasti
morfem.
Morfem
dapat dibedakan atau terdiri atas tiga bagian. Diantaranya (a) morfem bebas, (b)
morfem terkait, dan (c) morfem setengah bebas. (a) Morfem bebas adalah morfem
yang dapat berdiri sendiri dan memiliki arti. Contohnya: rumah, pulang, jatuh,
pergi, kota, senang, takut, gerak, ibu, ilmu, aku, kita dan sebagainya. Sebagai
morfem bebas sebuah tuturan atau ucapan mengandung makna leksikal. Morfem bebas
tersebut dapat berupa kata dasar, dapat juga berupa pokok kata. Contoh: (1) Yang
berupa kata dasar. Kata-kata ayah,minum,Yuma, kamu, mobil, dsb, merupakan kata
dasar yang telah mengandung makna secara leksikal walaupun dibentuk oleh unsur
atau morfem lain. (2) Yang berupa pokok kata. Beberapa morfem yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam tuturan atau ucapan namun secara gramatik memiliki sifat
kebahasaan, istilah tersebut disebut dengan pokok kata. Contoh: kata bermain:
terdiri atas dua morfem, yakni ber- dan main. Dalam ujaran atau tuturan biasa
bentuk “main” tidak pernah dipakai. Bentuk itu dinamakan pokok kata.
(b)
Morfem terkait adalah morfem yang selalu melekat pada morfem lain atau dapat
memiliki makna setelah bergabung dengan morfem yang bebas. Sebagai contoh: ber,
ter, me, di, se, -kan, per, -an, -kan, i, dsb. Morfem terikat baru memiliki
arti setelah mengaitkan diri pada morfem lain. Contoh: morfem “ber” tidak
mempunyai makna, tetapi setelah bergabung dengan kata “main” menjadi “bermain”
morfem ber- menjadi memiliki makna, “sedang melakukan aktivitas, yaitu
bermain”.
(c)
Morfem setengah bebas. Secara gramatik ada beberapa morfem yang tidak dapat
berdiri sendiri, tetapi mempunyai sifat bebas seperti halnya morfem yang dapat
berdiri sendiri atau morfem bebas. Morfem tersebut antara lain: pada, kepada,
dari, daripada, tentang, sebab, karena, walaupun, meskipun, dsb.
C. Morfem dan Kata
Sebuah
morfem dapat dibentuk dengan sebuah kata. Sebuah kata belum tentu selalu
terdiri atas hanya satu morfem saja. Sebuah kata, mungkin juga dibentuk oleh
satu morfem, dua morfem atau lebih. Dalam kalimat “Adik membuat motor-motoran”
terlihat ada tiga kata dengan rincian sebagai berikut: adik (satu morfem),
membuat (dua morfem, me- dan buat), motor-motoran (tiga morfem, motor, motor,
dan –an). Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa kata “adik” merupakan satu
kata yang hanya terdiri atas satu morfem (dalam hal ini adalah morfem bebas).
Kata “membuat” merupakan satu kata yang dibentuk oleh dua morfem, yaitu morfem
terikat me- dan morfem bebas buat. Kata motor-motoran merupakan satu kata
(bentuk ulang berimbuhan) yyang dibentuk oleh morfem motor dalam bentuk ulang
(dua morfem), dan morfem terikat –an sebagai imbuhan akhir (sufiks).
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kedudukan morfem tidak selalu sama dengan
kata. Kadang sebuah kata berupa satu morfem (misalnya: adik-adik), kadang
terdiri atas lebih dari satu morfem (misalnya: motor-motoran). Namun demikian,
tidak semua morfem dapat disebut sebagai kata. Misalnya, me- dalam kata membuat
adalah morfem (terikat), namun me- bukan kata.
Sumber bacaan:
M.
Rohmadi, dkk. 2010. Morfologi Telaah
Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma Pustaka.
Selengkapnya: http://sanglinguis.blogspot.com/
Selengkapnya: http://sanglinguis.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar