"Berbagi dengan Sesama, Meskipun Hanya Bisa Memberi Sedikit"

Minggu, 29 Juni 2014

Jurnalistik 1


Bahasa Gaul: Degradasi Bahasa atau Amnesia Budaya?


Sabtu (22/3/2014), pukul 12.15 WIB. Abdul Mukhlis (pewawancara) melakukan bincang-bincang ringan dengan Ibu Laili Etika Rahmawati (narasumber). Beliau adalah seorang praktisi pendidikan yang mengajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Perbincangan ini membahas seputar isu hangat mengenai pendidikan karakter yang mulai luntur di Indonesia. Berikut petikan wawancaranya:

    Abdul    : “Selamat siang, Bu.”
                Bu Laili : “Selamat siang.” (Sambil mengambil buku dari dalam tas miliknya).
                Abdul    : “Ibu ada waktu sebentar? Saya mau berdialog sedikit, Bu”
                Bu Laili : “Iya, 7 menit ya, Dul.”
  Abdul    : “Iya Bu, saya cuma sebentar saja. Begini Bu, akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang karakter yang dikaitkan dengan pendidikan. Bagaimana pendapat Ibu sebagai seorang praktisi pendidikan melihat fenomena ini?”
                Bu Laili : “Ow, begitu. Kebetulan hari ini saya mendapatkan undangan seminar tentang pendidikan karakter dari Dinas Pendidikan Sukoharjo. (Mengambil undangan tersebut dan menunjukkannya kepada saya). Menurut pendapat pribadi saya, ketika ada suatu instansi atau suatu kelompok masyarakat menyelenggarakan seminar bertema semacam ini, artinya banyak orang yang khawatir dengan adanya sikap, karakter dan kondisi nasionalisme generasi muda yang kian menurun.”
              Abdul    : “Jadi maksud Ibu, pendidikan karakter yang berkembang akhir-akhir ini merupakan upaya penanaman kembali karakter bagi generasi muda sekarang?”
                     Bu Laili : “Iya, itu salah satunya.”
                     Abdul    : “Lalu alasan lain menurut Ibu apa?”
                Bu Laili : “Selain penanaman kembali karakter pada generasi muda, ada hal lain yang sebenarnya menjadi pokok persoalan lunturnya karakter itu.” (Sambil mengerutkan dahinya).
          Abdul    : “Apa itu, Bu?”
                Bu Laili : “Di kalangan orang awam menyebutnya sebagai degradasi bahasa. Padahal bahasa yang kita gunakan itu sebenarnya tidak mengalami degradasi. Hanya saja bahasa itu berkembang ke arah negatif, seperti bahasa Slang, prokem, alay, dan sebagainya yang disebut bahasa gaul. Perlu kita cermati, yang terjadi sebenarnya adalah amnesia budaya, atau pengguna bahasa lupa akan jati dirinya sebagai orang timur yang sangat menjunjung budaya kesopanan.” (Sambil memperhatikan jam tangan yang dikenakannya).
                Abdul    : “Berarti ada anggapan yang salah selama ini dalam masyarakat kita, Bu.”
                Bu Laili : “Iya, dan itu adalah tugas kita sebagai orang bahasa untuk meluruskan anggapan masyarakat kita selama ini. Saya rasa cukup ya dul, saya mau mengajar dulu.” (Mempersiapkan jurnal untuk dibawa).
                Abdul    : “Iya, Bu. Terima kasih atas waktunya. Saya sudah cukup mendapat informasi dari Ibu. Maaf mengganggu waktu istirahat Ibu.”
                Bu Laili : “Halah, tidak apa-apa, Dul. Sama-sama.” (Jawabnya sambil tersenyum).

       7 menit pun berlalu. Perbincangan mengenai lunturnya karakter dan pendidikan karakter juga telah usai. Jawaban yang singkat dan jelas telah pewawancara dapatkan. Semoga bincang-bincang singkat ini dapat membuka tabir tentang pentingnya sebuah karakter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar